
JPP JAKARTA - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Bambang Brodjonegoro mendorong lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk memperbaiki model bisnis dari sektor pertanian di Indonesia. Model bisnis yang inovatif diharapkan dapat membuat sejahtera para alumni Sekolah Bisnis IPB, petani, maupun nelayan di Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Menristek/Kepala BRIN saat memberikan sambutan pada National Seminar Rebooting Business Mindset towards VUCA WORLD dalam rangka Pelepasan Alumni Tahun 2019 Sekolah Bisnis–Institut Pertanian Bogor di Jakarta, Sabtu (02/11/2019).
"Berdasarkan data kemiskinan di Indonesia saat ini, data terakhir dari 9,4% itu setara sekitar 25 juta penduduk di Indonesia masih miskin. Mayoritas dari 25 juta penduduk itu adalah mereka yang dikategorikan sebagai petani dan nelayan. Meskipun mereka ini adalah mayoritas pekerja yang ada di Indonesia tetapi mereka juga adalah mayoritas dari kelompok miskin," ungkap Bambang Brodjonegoro.
Menristek menambahkana, situasi tersebut merupakan tantangan yang dihadapi bersama terutama civitas akademika IPB dan para alumni serta Sekolah Bisnis IPB yaitu bagaimana menyejahterakan dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan dengan model bisnis bisa diterapkan di lapangan.
Lebih lanjut Menteri Bambang menekankan agar IPB tetap bisa menjaga output dari sektor pertanian, tidak sekadar hanya untuk mendorong kegiatan ekonomi saja, tetapi yang lebih penting lagi mengembangkan produktivitas dari sektor pertanian itu sendiri.
"Sampai hari ini statistik masih menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor dengan tenaga kerja yang paling besar," jelas Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia itu.
"Ini artinya jika kita gagal membangun sektor pertanian, kita gagal mensejahterakan sebagian besar masyarakat Indonesia. Oleh karena itu perlu diberikan perhatian khusus terhadap masalah pertanian. Pertanian harus selalu menjadi rohnya IPB sesuai dengan trademark-nya IPB, meskipun tentunya IPB harus adaptif terhadap perkembangan teknologi dan ekonomi," tutur Menristek/Kepala BRIN.
Menteri Bambang yakin para alumni IPB dapat mensejahterakan petani Indonesia sebagaimana para petani di negara maju selama pertanian Indonesia berdasarkan inovasi, riset, dan teknologi.
"Teknologi harus kita kembangkan seoptimal mungkin, inovasi juga harus kita dorong tetapi kita tidak boleh lupa akar permasalahan yang masih harus kita bereskan yaitu kemiskinan, ketimpangan, dan pengangguran dan juga khususnya untuk pertanian saya harapkan dengan bekal ilmu lulusan yang sudah cukup mumpuni di level S1, S2, dan S3. Untuk itu coba pikirkan The New Business Model For Indonesia Agriculture yang akan membuat petani Indonesia bisa menjadi bangga seperti Australian Farmer atau American Farmer yang mendapat manfaat besar dari sektor pertanian," imbuh Bambang Brodjonegoro.
Menyikapi kondisi tersebut, Rektor IPB Arif Satria mengatakan bahwa saat ini Indonesia tengah memasuki era revolusi industri 4.0 di mana teknologi memberikan pengaruh lebih besar kepada masyarakat ketimbang era revolusi industri sebelumnya. Rektor IPB menyebutkan era revolusi industri saat ini memiliki empat tantangan, yaitu volatility (kecepatan berubah), uncertainty (ketidakpastian), complexity (kerumitan) dan ambiguity (ketidakjelasan) (VUCA) yang bisa membuat lulusan perguruan tinggi dalam posisi fragile (rentan).
"Akan tetapi jika kita menyikapi VUCA sebagai vision (pandangan ke depan), understanding (pemahaman), clarity (kepastian), dan agility (kecepatan bertindak) maka VUCA akan membuat kita agile (lincah). Jadi bagaimana kita membuat fragile menjadi agile? itu adalah tantangan kita bersama. Dalam menghadapi VUCA ini ada skill-skill yang tentu sangat kita perlukan, kecepatan perubahan akibat teknologi digital yang sangat luar biasa tentu memerlukan mindset masa depan, orientasi masa depan, dan juga kemampuan visi jangka panjang dari kita semua," ungkap Rektor IPB Arif Satria.
Arif Satria mengungkapkan saat ini negara-negara lain sudah mengidentifikasi skill-skill apa yang dibutuhkan dalam menghadapi VUCA ini. Soft skill merupakan suatu keharusan dan keniscayaan dalam menghadapi era VUCA ini.
"Kami berharap lulusan S1, S2, dan S3 segera bergabung ke Himpunan Alumni IPB dan juga alumni ini bersinergi dengan kampus ini. Dan tetap mencirikan tiga hal yang merupakan ciri khas IPB yaitu memiliki integritas yang bagus, memiliki inovasi yang bagus, dan memiliki kemampuan inspirasi yang dahsyat," ungkap Rektor IPB.
Turut hadir pada acara ini Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Civitas Akademika serta tamu undangan lainnya.(ris)